Jalan Kerendahan Hati (Ibrani 2:5-18)
Jalan Kerendahan Hati
Ibrani 2:5-18
Oleh: Pdt. Refamati Gulo, M.Th.
Kerendahan hati bukan sekadar sikap moral, melainkan respons teologis yang lahir dari pemahaman akan kebesaran Allah dan keterbatasan manusia. Allah adalah Pencipta yang Mahasempurna, sementara manusia adalah ciptaan yang telah jatuh dalam dosa (Roma 3:23). Kesadaran ini menempatkan manusia dalam posisi yang seharusnya tunduk dan rendah hati di hadapan Allah. Kerendahan hati berakar pada doktrin anugerah, bahwa keselamatan bukan hasil usaha manusia, melainkan murni pemberian Allah melalui Kristus (Efesus 2:8-9). Karena itu, tidak ada ruang untuk kesombongan rohani; semua adalah karena anugerah.
Calvin menekankan bahwa pengenalan Allah yang sejati membawa manusia pada pengenalan diri yang benar, yaitu kesadaran akan ketidaklayakan diri dan kebutuhan mutlak akan Kristus. Kerendahan hati juga menjadi dasar kehidupan jemaat, di mana orang percaya dipanggil untuk saling melayani dan menganggap yang lain lebih utama (Filipi 2:3-5). Kerendahan hati bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang memancarkan kebergantungan mutlak kepada Allah dan mengarahkan seluruh kemuliaan hanya kepada-Nya.
Salah seorang Bapa Gereja yang bernama Agustinus pernah ditanya tentang kualitas iman Kristen. Ia menjawab, pertama adalah kerendahan hati. Lalu apa yang kedua? Ia menjawab, kerendahan hati. Yang ketiga? Ia pun menjawab, kerendahan hati.
Memang benar ketika berbicara tentang spiritualitas Kristiani, pada akhirnya haruslah dijumpai sebuah kerendahan hati yang memesona. Kristus adalah teladan sempurna kerendahan hati yang agung. Dalam sesaat ia dibuat lebih rendah dari malaikat-malaikat (5-9). Ia menjadi seorang bayi yang lemah, manusia terbatas, mengalami penderitaan, bahkan mati di kayu salib. Hal ini Ia lakukan untuk membawa semua orang kepada kemuliaan Allah dengan diri-Nya yang memimpin kepada keselamatan (10).
Allah tidak pernah memberikan definisi abstrak dan absurd tentang kerendahan hati. Ia menunjukkannya melalui Pribadi dan ajaran-Nya. Sebuah jalan kerendahan hati yang dilakukan oleh Yesus telah menghadirkan belas kasihan, bukan kepada malaikat-malaikat, tetapi kepada keturunan Abraham yang dikasihi-Nya (16). Jalan kerendahan hati ini Ia pilih untuk menyelamatkan umat manusia, sekaligus menjadi sebuah jalan untuk dihidupi setiap orang percaya.
Ketika berbicara tentang rendah hati, kita akan mudah mendapati lawan katanya, yaitu tinggi hati atau sombong. Orang yang rendah hati tidak sombong. Kesombongan itu menganggap diri paling penting, paling benar, paling berharga, layak dapat kehormatan, dan mengambil tempat untuk diri yang sebenarnya adalah tempatnya Allah. Inti dan esensi kesombongan adalah idolatry of self, memberhalakan diri sendiri. Orang yang sombong berani memosisikan dirinya setara atau sama dengan Allah atau sebagai Allah.
Orang yang rendah hati menyadari keterbatasan dirinya dan mengakui kedaulatan Allah. Dari Allah sajalah semua kebijaksanaan, kebaikan, dan kebenaran. Orang yang rendah hati bergantung sepenuhnya pada Allah dalam segala hal, baik itu hikmat, kekuatan, keamanan, maupun kemampuan untuk taat. Jalan kerendahan hati akan selalu mendamaikan.
#Soli Deo Gloria
Komentar