Allah Mengaruniakan Pertobatan (Kisah Para Rasul 11 : 1 - 18)
Allah Mengaruniakan
Pertobatan
Kisah Para Rasul 11 : 1 -
18
Pendahuluan
Narasi Kisah Para Rasul 11:1–18
menegaskan transisi teologis penting dalam gereja mula-mula: keselamatan tidak
terbatas pada Yahudi, melainkan inklusif bagi semua bangsa. Pemberian Roh Kudus
kepada Kornelius menjadi bukti validasi ilahi, melampaui norma etnis dan
ritual. Dalam konteks Minggu Kantate artinya nyanyikanlah nyanyian baru bagi Tuhan
(Mzm. 98:1), artinya mengajak gereja (Jemaat, orang percaya) menyanyikan
"nyanyian baru" — ekspresi syukur atas karya keselamatan Allah yang
meruntuhkan batas-batas lama. Nyanyian baru bukan sekadar lagu, tetapi respons
iman terhadap tindakan Allah yang menyelamatkan dan memperluas horizon umat
percaya dalam kesatuan yang baru di dalam Kristus.
Dalam bagian Firman Tuhan ini, sebagai
pendahuluan ada 3 poin redaksi awal yang dapat memberikan pemahaman bagi kita,
yaitu:
1.
Dalam
PL dikenal dengan FORMULA KENABIAN: “Dosa – Hukuman – Nubuatan – Pertobatan –
Keselamatan.” Nubuatan ini berisi janji keselamatan yang menghantar ke
pertobatana syarat menerima keselamatan.pertobatan membawa hidup baru yang
melayakkan kita berkantate. Pertobatan apa ditemukan dalam teks? Perubahan
paradigma dari keselamatan partikularis ke universal; dari misi partial (hanya
di sekitar Israel) ke universal (keluar Israel); dari hidup ekslusif ke
inklusif.
2.
Penglihatan
yang dipaparkan dalam teks sebagai legitimasi ilahi. Misio Dei harus universal
dan baptisan sebagai meterainya. Nolens Volens berkata bahwa suka tidak suka, injil dan
keselamatan harus sampai keluar Israel. Ini kehendak Allah yang dirangkai dalam
sejarah karya keselamatan/ salvation history (Heilsgeschishte). Menekankan
bahwa Allah bertindak dalam waktu dan sejarah, dan bahwa iman Kristen
didasarkan pada peristiwa nyata, bukan mitos atau filsafat spekulatif.
3. Nama Minggu Kantate dengan Tema: ALLAH MENGARUNIAKAN PERTOBATAN adalah sebagai titik berangkat bermisi kontekstual karena keristenan telah menyebar keluar Israel. Non Yahudi tidak lagi dilihat pagans/outsiders/penumpang gelap karena telah disatuka (fellowship), tidak harus melalui tradisi Yahudi, tetapi melalui iman dalam Yesus Kristus. Dengan demikian, Kantate membawa suasan baru sebagai buah pertobatan. Itu sebabnya, E.G. Singgih berkata: “tidak ada penompang gelap di Gereja.”
Bagian akhir dari cerita ini terjadi di Yerusalem.
Dengan mendengar, bahwa bangsa-bangsa lain juga menerima firman Allah…
orang-orang dari golongan bersunat berselisih pendapat dengan Petrus, karena ia
mengunjungi dan makan bersama dengan orang-orang bukan Yahudi. Dari sanggahan
Petrus dan jawaban mereka menjadi jelas bahwa mereka juga merasa tidak pasti
mengenai apakah bangsa lain dapat menjadi Kristen tanpa terlebih dahulu menjadi
Yahudi. Petrus berkata kepada mereka bahwa segala sesuatu yang terjadi; dan
adalah fakta bahwa Lukas mencatat hal ini dengan selengkapnya ketika ada
pengulangan dari Kis. 10:9-48 sebagai ukuran bagaimana pentingnya itu menurut
penglihatannya.
Petrus melihat karunia Roh Kudus atas Kornelius sebagai karunia yang sama seperti kepada rasul-rasul pada hari Pentakosta (Kis. 11:17). Alasannya adalah bahwa jika Allah telah membaptis orang-orang ini dengan karunia Roh Kudus, maka hal itu menunjukkan penerimaan ilahi ke dalam kumpulan orang yang diselamatkan, siapa lagi yang dapat mencegah baptisan dengan air dan menolak mereka masuk persekutuan di dunia ini (Kis. 8:36; 10:45)? Melakukan hal seperti itu berarti melawan Allah. Dengan kata-kata sedemikian orang-orang bersunat diyakinkan, dan tidak ada lagi keberatan. Sekali lagi, terjadi ungkapan bangsa-bangsa lain juga – itu masih mengherankan bagi mereka. siapa yang dapat mengira bahwa Allah akan menjamin pertobatan (bangsa-bangsa lain) yang memimpin kepada hidup?
EKSPOSISI
1.
Allah
adalah Penguasa Keselamatan yang Universal (ayat 1-10)
Petrus menjelaskan penglihatannya mengenai kain yang turun dari langit, berisi binatang haram dan perintah Tuhan untuk memakannya. Ini menggambarkan bahwa Allah menyatakan semua bangsa, termasuk orang bukan Yahudi, layak menerima keselamatan.
Teologis: Allah tidak memandang manusia dari bangsa atau latar belakangnya; keselamatan adalah bagi semua orang yang percaya (bdk. Roma 10:12-13).
2.
Pekerjaan
Roh Kudus Tidak Terbatas pada Bangsa Yahudi (ayat 11-15)
Petrus bersaksi bahwa ketika ia memberitakan Injil kepada Kornelius, Roh Kudus turun atas mereka sama seperti ketika Roh Kudus turun atas para rasul di hari Pentakosta.
Teologis: Roh Kudus adalah meterai keselamatan (Efesus 1:13), dan karunia-Nya tidak dibatasi oleh etnisitas. Ini menunjukkan kesatuan gereja dalam Roh, tanpa sekat suku atau budaya.
3.
Pertobatan
dan Hidup Kekal Adalah Anugerah Allah Bagi Semua Orang (ayat 16-17)
Petrus mengingat bagaimana Tuhan berkata, “Yohanes membaptis dengan air, tetapi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus,” lalu menyimpulkan bahwa jika Allah memberikan Roh-Nya juga kepada orang bukan Yahudi, tidak ada alasan menolak mereka.
Teologis: Keselamatan adalah karya Allah sepenuhnya. Tidak ada manusia, bahkan pemimpin rohani, yang berhak membatasi anugerah Allah (bdk. Yohanes 3:16, Efesus 2:8-9).
4.
Gereja
Dipanggil untuk Menanggapi Pekerjaan Allah dengan Tunduk dan Bersyukur (ayat
18)
Setelah mendengar penjelasan Petrus, orang-orang percaya di Yerusalem menjadi tenang dan memuliakan Allah karena Dia memberikan pertobatan kepada bangsa lain juga.
Teologis: Gereja harus bersikap rendah hati dan siap diubahkan oleh pekerjaan Allah. Misi gereja adalah menyambut dan mengikutsertakan semua orang yang telah dipanggil oleh Tuhan.
Berikut 3 poin pesan teologis dari Kisah Para
Rasul 11:1-18 berdasarkan teks yang Anda berikan:
1.
Allah Tidak Membeda-bedakan Orang
Pemberian Roh Kudus kepada Kornelius dan keluarganya — yang adalah orang bukan Yahudi — menunjukkan bahwa Allah menerima siapa pun yang percaya kepada-Nya, tanpa memandang latar belakang etnis atau hukum tradisional Yahudi. Ini menjadi dasar teologis bahwa keselamatan adalah anugerah universal, bukan hanya untuk orang Yahudi, tetapi juga untuk bangsa-bangsa lain (ayat 17).
2.
Karya Roh Kudus Menjadi Tanda Pengesahan Ilahi
Petrus menggunakan bukti turunnya Roh Kudus sebagai dasar bahwa pertobatan orang bukan Yahudi adalah sah di mata Allah. Ini menekankan bahwa Roh Kuduslah yang menentukan siapa yang menjadi bagian dari umat Allah, bukan peraturan manusia seperti sunat atau adat Yahudi. Menolak mereka berarti melawan kehendak Allah sendiri.
3.
Gereja Dipanggil untuk Terbuka terhadap Karya Allah
yang Melampaui Tradisi
Reaksi awal dari golongan bersunat yang mempertanyakan tindakan Petrus menunjukkan bahwa gereja mula-mula masih berjuang memahami luasnya rencana keselamatan Allah. Namun setelah mendengar kesaksian Petrus, mereka akhirnya diam dan memuliakan Allah. Ini menunjukkan pentingnya sikap gereja untuk peka dan taat pada karya Allah, bahkan jika hal itu menantang pemahaman dan tradisi yang lama.
Aplikasi
Tiga
poin aplikasi sebagai renungan bagi orang Kristen di era postmodern berdasarkan
Kisah Para Rasul 11:1-18 dengan tema "Allah Mengaruniakan Pertobatan":
1. Terbuka
terhadap karya Allah
Petrus awalnya merasa heran karena Tuhan memintanya untuk melanggar hukum
kekudusan Yahudi dengan makan makanan haram (ayat 7-9). Namun, ia belajar bahwa
Allah sedang melakukan sesuatu yang baru: menyelamatkan orang-orang bukan
Yahudi. Ini mengajarkan bahwa kita harus peka dan terbuka terhadap cara Allah
bekerja — bahkan ketika itu melampaui tradisi atau ekspektasi kita.
Pelajaran:
- Jangan
cepat menolak sesuatu hanya karena "tidak seperti biasanya".
- Belajarlah
mendengar kehendak Tuhan lewat firman, doa, dan konfirmasi dalam Roh Kudus.
- Bersiap
untuk diubahkan ketika Tuhan memperluas pengertian kita.
2. Jangan
batasi kasih Allah
Sikap beberapa orang percaya di Yerusalem (ayat 2-3) menunjukkan bahwa
mereka masih membatasi kasih Allah hanya untuk orang Yahudi. Tetapi Allah
menunjukkan bahwa kasih-Nya melampaui batas budaya dan kebangsaan. Ia menerima
siapa saja yang percaya kepada-Nya.
Pelajaran:
- Jangan
merasa diri atau kelompok kita lebih layak daripada orang lain di hadapan
Allah.
- Jangan
menilai siapa yang "boleh" atau "tidak boleh" mengalami
kasih Tuhan berdasarkan latar belakang mereka.
- Terimalah
semua orang yang telah disentuh oleh Tuhan dengan kasih, bukan penghakiman.
3. Sambut
pertobatan dengan sukacita
Setelah memahami bahwa Allah memberikan pertobatan kepada orang bukan
Yahudi (ayat 18), jemaat Yerusalem berhenti mengkritik dan mulai memuliakan
Allah. Ini menunjukkan sikap yang benar: ketika seseorang bertobat dan menerima
keselamatan, kita harus bersukacita, bukan curiga atau iri.
Pelajaran:
-
Rayakan
setiap jiwa yang diselamatkan, sekecil atau serendah apa pun latar belakangnya.
-
Jadilah
gereja yang menyambut dan mendukung pertumbuhan rohani orang baru.
- Jangan biarkan sikap eksklusif atau kebanggaan rohani menghalangi sukacita atas pertobatan orang lain.
Tesis Statement:
Kisah
Para Rasul 11:1–18 menegaskan fondasi teologis gereja yang meliputi:
inklusivitas keselamatan, otoritas Roh Kudus dalam pengesahan umat percaya,
serta kerendahan hati untuk menerima karya Allah yang melampaui batas-batas
tradisi dan eksklusivisme manusia.
Selamat Hari Minggu Kantate
Komentar