Yesus Bangkit dari Antara Orang Mati (Yohanes 20 : 1 - 10)
Yesus Bangkit dari Antara Orang Mati
Yohanes
20 : 1 - 10
Oleh: Pdt. Refamati Gulo, M.Th.
Pendahuluan
Pagi itu sunyi. Langit masih
abu-abu saat beberapa perempuan berjalan tergesa menuju kubur Yesus. Mereka
membawa rempah-rempah, niatnya sederhana yaitu merawat tubuh Sang Guru yang
telah mati. Tapi apa yang mereka temukan membuat dunia mereka terguncang,
karena batu penutup kubur telah terguling, dan kubur kosong. Di tempat yang
seharusnya berisi kematian, justru hadir berita kehidupan. “Ia tidak ada di
sini. Ia telah bangkit,” kata malaikat itu. Kalimat sederhana itu telah
menggema ribuan tahun hingga kini, mengguncang hati dan mengubah sejarah.
Namun, dalam kehidupan
sehari-hari, banyak orang Kristen hidup seakan-akan Yesus masih ada di kubur.
Kekhawatiran, ketakutan, rasa bersalah, dan kehilangan harapan membayangi
hari-hari mereka. Padahal, jika benar Yesus telah bangkit, bukankah itu
seharusnya mengubah segalanya? Mengapa masih banyak yang hidup tanpa sukacita
dan kekuatan dari kuasa kebangkitan-Nya?.
Sebagai orang percaya, kita
dipanggil untuk hidup dalam terang kebangkitan. Itu bukan hanya doktrin yang
kita hafal, tapi realitas yang seharusnya membentuk cara kita berpikir,
bertindak, dan berharap. Kebangkitan Kristus bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan
pusat dari iman kita yaitu tanda bahwa kematian dikalahkan, bahwa janji Allah
digenapi, dan bahwa hidup baru tersedia bagi setiap kita.
Kebangkitan Yesus adalah titik balik. Ia bukan hanya membuktikan kuasa-Nya sebagai Anak Allah, tetapi juga memberikan kita harapan akan hidup kekal dan jaminan bahwa tak ada satu pun penderitaan yang sia-sia. Melalui kebangkitan-Nya, kita tidak hanya diselamatkan dari dosa, tetapi juga diangkat ke dalam kehidupan yang baru yaitu penuh dengan pengharapan, kuasa, dan tujuan yang kekal.
Eksposisi
Ayat 1-2: Kasih dan Perhatian Maria
kepada Yesus
Mengenai kunjungan para
wanita ke makam, dan pengumuman mereka kepada para murid (Yohanes 20:1-2), band.
dengan Catatan Umum Matius 28:1-4, 8 ; Markus 16:1-4, 8 ; Lukas 24:1-3, 9-11
. Masing-masing dari ketiga kisah tersebut memisahkan kisah tentang kepulangan
dari kunjungan tersebut dengan kisah tentang penampakan para malaikat di makam.
Frasa hari pertama dalam
seminggu muncul dalam Lukas 24:1 dan Yohanes 20:1, dalam konteks kalender
Yahudi berarti hari Minggu. Hari Sabat bagi orang Yahudi jatuh pada hari Sabtu,
jadi "hari pertama" adalah hari setelahnya. Sedangkan dalam Injil
Matius 20:1 dan Markus 16:1 berkata bahwa setelah hari Sabat, yang sebenarnya
menunjuk pada waktu yang sama yaitu hari Minggu pagi, setelah Sabat selesai
saat matahari terbenam pada hari Sabtu. Kedua frasa itu menunjuk pada waktu
yang sama, hanya dengan cara pengungkapan yang berbeda yaitu Hari pertama dalam
minggu merujuk pada penekanan waktu dalam kalender Yahudi sedangkan setelah
hari Sabat merujuk pada penekanan konteks keagamaan Yahudi.
Frasa datanglah Maria
Magdalena. Matius menuliskan Maria Magdalena dan Maria yang lain; Markus
menuliskan Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus, dan Salome; Lukas menuliskan Perempuan-perempuan
yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea (Lukas 23:55 ), dan
menyebutkan mereka dalam Lukas 24:10 sebagai Maria Magdalena, Yohana, dan Maria
ibu Yakobus, dan perempuan-perempuan lain yang bersama-sama dengan mereka.
Yohanes hanya berbicara tentang satu orang dari kelompok itu, yang secara
khusus menonjol. Keempat Injil memberikan variasi dalam penyebutan siapa saja
yang datang ke kubur Yesus, namun semua sepakat bahwa Maria Magdalena hadir dan
menjadi tokoh sentral dalam peristiwa kebangkitan. Perbedaan rincian nama
mencerminkan sudut pandang penulis dan tujuan teologis masing-masing, bukan
kontradiksi. Yohanes menyoroti Maria Magdalena secara khusus, mungkin karena
peran istimewanya dalam menjadi saksi pertama kebangkitan. Jadi, meskipun
daftar nama berbeda, yang jelas dan konsisten adalah bahwa sekelompok
perempuan, dipimpin oleh Maria Magdalena, adalah saksi awal kubur kosong dan
kebangkitan Yesus.
Setelah melihat batu penutup
kubur disingkirkan dan tubuh Yesus tidak ada, perempuan itu segera pergi kepada
Simon Petrus dan murid yang dikasihi Yesus, yaitu Yohanes. Ia berkata, “Tuhan
telah diambil dari kubur, dan kami tidak tahu di mana mereka meletakkan-Nya.”
Ia benar-benar tidak tahu apakah tubuh Yesus diambil oleh teman atau musuh,
atau di mana jenazah itu diletakkan—di tempat yang layak atau memalukan. Hal
ini membuatnya cemas, seperti para murid lainnya. Secara rohani, Kristus pun
bisa terasa jauh dari umat-Nya untuk menegur, menguji, atau membangkitkan
kembali cinta kepada-Nya. Kadang Ia disembunyikan oleh pengkhotbah yang tidak
menyampaikan firman-Nya, atau karena dosa umat yang menghalangi persekutuan
dengan-Nya. Namun, Ia dapat ditemukan kembali dalam pelayanan firman dan tata
cara gereja.
Makna dari penjelasan diatas bahwa kedatangan Maria begitu awal ke kubur, menunjukkan kasih dan kasih sayangnya yang besar kepada Kristus, semangatnya, keberaniannya, dan ketekunannya, dalam menunjukkan rasa hormatnya kepada-Nya: dan sering kali demikian, bahwa orang-orang berdosa terbesar, ketika bertobat, paling menonjol karena kasih karunia, khususnya iman, kasih, dan kerendahan hati; dan paling tekun dalam melaksanakan tugas.
Ayat 3-10: Respons Para Murid
Ayat 3, setelah mendengar
kabar dari Maria Magdalena, Petrus dan Yohanes segera pergi ke kubur.
Murid-murid lain tetap tinggal, menantikan hasil dari penyelidikan mereka.
Mereka ingin melihat langsung apakah yang dikatakan Maria benar, dan memeriksa
keadaan kubur dengan teliti. Yohanes, menurut penulis Injil ini, berlari lebih
cepat dan tiba lebih dulu daripada Petrus. Meski Lukas hanya menyebut Petrus,
Yohanes menegaskan bahwa mereka pergi bersama.
Ayat 4, keduanya berlari
bersama karena sangat ingin mengetahui kebenaran. Namun, murid yang lebih muda,
yaitu Yohanes, berlari lebih cepat dan tiba lebih dahulu di kubur. Yohanes
lebih lincah dan tidak memiliki beban pikiran seperti Petrus, yang mungkin
merasa ragu karena pernah menyangkal Yesus.
Ayat 5, Yohanes tiba lebih
dulu di kubur dan membungkuk untuk melihat ke dalam. Dari pelataran, ia melihat
kain linen tergeletak yaitu kain yang membungkus tubuh Yesus, namun tubuh-Nya
tidak ada. Karena makam berada lebih dalam, ia harus membungkuk untuk
melihatnya. Yohanes tidak langsung masuk, kemungkinan karena takut atau enggan
masuk sendirian. Ia menunggu Petrus tiba. Versi bahasa Arabnya mencatat bahwa
Yohanes "tidak berani masuk."
Ayat 6, Tak lama setelah
Yohanes, Simon Petrus tiba dan langsung masuk ke dalam kubur setelah
membungkuk. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, sama seperti yang dilihat
Yohanes. Kedua saksi ini menguatkan bahwa kain itu tertinggal, menandakan tubuh
Yesus tidak dicuri. Jika dicuri, kain kapan tentu ikut dibawa, karena
melepaskannya akan memakan waktu dan menyulitkan, mengingat banyaknya lilitan
kain yang digunakan untuk membungkus jenazah menurut kebiasaan Yahudi.
Ayat 7, Petrus melihat kain
peluh yang sebelumnya menutupi kepala Yesus tidak terletak bersama kain kafan,
melainkan terlipat rapi di tempat terpisah. Kain ini seperti sapu tangan, biasa
digunakan untuk menyeka keringat, atau sebagai pengikat kepala jenazah.
Penataan kain ini menunjukkan adanya ketenangan dan keteraturan, bukan tindakan
tergesa-gesa seperti pencurian. Ini menjadi bukti kuat bahwa tubuh Yesus tidak dicuri,
melainkan bangkit, dan kemungkinan kain itu dilipat oleh Yesus sendiri atau
oleh malaikat.
Ayat 8, Yohanes, murid yang
lebih dulu tiba di kubur, akhirnya masuk setelah Petrus. Mungkin karena diajak
Petrus, agar menjadi saksi bersama atas keadaan kubur. Ia melihat kain linen
tergeletak dan kain peluh terlipat rapi di tempat lain. Melihat itu, ia percaya
bahwa tubuh Yesus tidak ada di sana—mungkin telah dibawa atau bahkan telah
bangkit. Meski belum sepenuhnya memahami Kitab Suci tentang kebangkitan, Yohanes
mulai percaya, menunjukkan imannya yang tumbuh meski tanpa pengertian penuh.
Ayat 9, Sebab mereka belum
memahami Kitab Suci—bukan satu bagian tertentu, melainkan keseluruhan
Perjanjian Lama yang menubuatkan kebangkitan Kristus, baik secara langsung
maupun melalui gambaran. Meski Yesus telah beberapa kali merujuknya, para murid
masih diliputi kebingungan dan harapan akan Mesias duniawi. Bahkan Yohanes dan
Petrus, yang begitu dekat dengan Yesus, belum mengerti bahwa Ia harus bangkit
dari antara orang mati, seperti yang telah ditetapkan dan dinubuatkan demi
keselamatan umat pilihan Allah.
Ayat 10, Setelah menyelidiki
isi kubur dan memastikan apa yang mereka lihat, Petrus dan Yohanes kembali ke
tempat mereka—yaitu rumah atau komunitas para murid lainnya. Mereka kembali ke
kelompok mereka untuk bergabung dalam doa, percakapan, dan mencari petunjuk
tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Ungkapan “ke tempat mereka
sendiri” tidak berarti secara emosional atau mental, melainkan secara fisik—mereka
kembali ke tempat asal mereka berkumpul.
Proses iman Yohanes dan
Petrus berkembang melalui pengalaman langsung yang mereka hadapi setelah
mendengar kabar tentang kebangkitan Yesus. Mereka memulai perjalanan ini dengan
rasa ingin tahu dan keraguan, dengan menyelidiki keadaan kubur untuk mencari
bukti. Meskipun mereka sudah mendengar nubuat tentang kebangkitan Yesus
sebelumnya, mereka belum sepenuhnya memahaminya. Melalui penyelidikan mereka di
kubur, mereka mulai melihat bukti yang tidak dapat disangkal, seperti kain-kain
yang tergeletak dengan cara yang teratur, yang menunjukkan bahwa tubuh Yesus
tidak dicuri.
Perjalanan iman mereka adalah proses bertahap. Yohanes, yang lebih cepat dalam berlari, mulai percaya setelah melihat bukti di kubur. Namun, meskipun ia mulai yakin, pemahamannya masih terbatas karena kebangkitan Yesus belum sepenuhnya dipahami oleh para murid pada waktu itu. Petrus, yang merasa lebih ragu, mengikuti jejak Yohanes dan akhirnya juga mulai memahami kebenaran tersebut.
Aplikasi
1.
Ketekunan dan Kasih
Yesus mengajarkan kita tentang ketekunan dan kasih yang mendalam kepada Tuhan. Walaupun situasinya penuh ketidakpastian, Maria menunjukkan semangat dan keberanian untuk mengunjungi makam Yesus dengan tujuan memberi penghormatan terakhir. Kasih yang tulus kepada Kristus mendorongnya untuk berusaha menemukan kebenaran meskipun menghadapi kesulitan dan rasa takut. Kasih yang besar kepada Tuhan akan mendorong kita untuk tetap setia dalam pencarian kebenaran, meskipun jalan yang dilalui tidak selalu mudah.
2. Pertumbuhan
Iman Melalui Pengalaman
Perjalanan iman yang berkembang melalui pengalaman langsung. Ketika mereka mendengar kabar dari Maria, mereka langsung pergi ke kubur untuk menyelidiki kebenaran. Meskipun awalnya mereka penuh keraguan, melalui apa yang mereka lihat di kubur, iman mereka mulai terbentuk dan tumbuh. Iman bukan hanya tentang teori atau ajaran yang kita terima, tetapi juga tentang bagaimana kita merasakannya melalui pengalaman pribadi kita dengan Tuhan.
3. Pencarian
Kebenaran dengan Kerendahan Hati
Pentingnya pencarian kebenaran dengan kerendahan hati. Mereka tidak langsung mengerti atau percaya sepenuhnya tentang kebangkitan Yesus, tetapi mereka dengan tekun mencari bukti dan membiarkan pengalaman itu membentuk pemahaman mereka. Yohanes, yang lebih cepat dalam berlari, akhirnya mulai percaya setelah melihat bukti di kubur, meskipun pemahamannya masih terbatas. Pencarian kebenaran memerlukan kesediaan untuk belajar dan berkembang, dengan rendah hati menerima pemahaman baru yang Tuhan berikan dalam hidup kita.
Konklusi
Jika Kristus
memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan, dan tidak mengambilnya kembali, maka
pemberian-Nya itu tidak akan tampak diterima sebagai kepuasan. Merupakan suatu
pencobaan yang berat bagi Maria, bahwa tubuhnya telah pergi. Orang-orang
percaya yang lemah sering kali menjadikan hal itu sebagai bahan keluhan, yang
sebenarnya merupakan dasar harapan, dan bahan sukacita. Adalah baik ketika
mereka yang lebih dihormati daripada yang lain dengan hak istimewa sebagai
murid, lebih aktif daripada yang lain dalam tugas sebagai murid; lebih bersedia
untuk bersusah payah, dan menghadapi risiko, dalam pekerjaan yang baik. Kita
harus melakukan yang terbaik, dan tidak iri kepada mereka yang dapat melakukan
lebih baik, atau meremehkan mereka yang melakukan sebaik yang mereka bisa,
meskipun mereka tertinggal. Murid yang dikasihi Yesus secara khusus, dan yang
karenanya mengasihi Yesus secara khusus, adalah yang terutama. Kasih Kristus
akan membuat kita lebih berlimpah dalam setiap tugas daripada hal lainnya.
Orang yang tertinggal adalah Petrus, yang telah menyangkal Kristus. Rasa
bersalah menghalangi kita dalam pelayanan kepada Allah. Para murid belum
memahami Kitab Suci; mereka percaya bahwa Kristus harus bangkit dari antara
orang mati.
TUHAN MEMBERKATI
Komentar