Bangkit Menjadi Terang (Yesaya 60:1-7)
Bangkit Menjadi Terang
Yesaya 60 : 1 - 7
Oleh: Pdt.
Refamati Gulo, M.Th.
INTRODUCTION
Dalam perjalanan hidup yang penuh tantangan, kita sering terjebak dalam
kegelapan, kesedihan, kebingungan, dan keraguan. Namun, kasih karunia-Nya
mengingatkan kita bahwa di balik bayang-bayang itu, ada cahaya yang tak pernah
padam. Di mana kasih Allah hadir, di situ terang-Nya bersinar, dan di mana
terang itu hadir, di situlah Tuhan berada “Jika aku berkata: "Biarlah
kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam, maka
kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti
siang; kegelapan sama seperti terang” (Mzm. 139:11-12). Kasih Kristus adalah
cahaya yang menerangi jiwa, mengusir kegelapan, dan memberikan makna sejati
dalam setiap langkah kita, “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan
kegelapan itu tidak menguasainya” (Yoh. 1:5).
Mari kita renungkan: satu tindakan kasih yang tulus mampu menerangi dunia
lebih daripada ribuan kata kosong “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan
dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”
(1Yoh. 3:18). Di tengah hiruk-pikuk suara yang sering tak bermakna, hanya kasih
yang disucikan oleh Kristus dapat memancarkan terang sejati. Nabi Yesaya
menubuatkan bahwa terang yang kita nantikan bukanlah cahaya biasa, melainkan
kemuliaan Tuhan yang bersinar melalui kita (Yes. 60:1). Kita bukan sumber
terang itu; kita hanyalah wadah tempat Tuhan bekerja dan mengalirkan cahaya-Nya
“Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa
kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami”
(2Kor. 4:7).
Masa Advent adalah waktu untuk bersiap. Ini adalah panggilan untuk
menantikan kedatangan Kristus, Sang Terang Dunia “Maka Yesus berkata pula
kepada orang banyak, kata-Nya: "Akulah terang dunia; barangsiapa
mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan
mempunyai terang hidup" (Yoh. 8:12), dengan hati yang terbuka. Namun,
menunggu Kristus tak cukup hanya dengan kata-kata; kita harus menjadi terang
itu sendiri, mencerminkan kasih-Nya kepada sesama. Apakah kita benar-benar
siap? Apakah hati kita sepenuhnya terbuka bagi kasih Kristus agar terang-Nya
bersinar dalam hidup kita? Apakah tindakan kita telah menjadi terang yang
membawa kehidupan bagi dunia yang gelap? “Memang dahulu kamu adalah
kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu
hiduplah sebagai anak-anak terang” (Ef. 5:8).
Setiap hari kita dihadapkan pada pilihan: berbicara tanpa makna atau bertindak dengan kasih. Mari kita mendalami Yesaya 60:1-7 dan menjawab panggilan untuk bangkit menjadi terang.
Penjelasan Nats
A.
Panggilan
untuk Menjadi Terang (ay. 1-2)
1. Panggilan untuk "bangkit" dan
"menjadi terang" bukan sekadar seruan biasa, melainkan undangan ilahi
untuk bergerak dalam kuasa Tuhan. Kita diminta meninggalkan belenggu
kegelapan—ketidakpahaman, keputusasaan, dan kebodohan—dan melangkah menuju
terang sejati: pengetahuan, kebenaran, dan kehadiran Tuhan. Terang ini adalah
Allah sendiri, sumber harapan dan pembaruan (Yes. 9:2).
2. Tuhan Yesus mengajarkan, “Kamu adalah terang
dunia...” (Mat. 5:14). Kita dipanggil untuk memancarkan terang Tuhan yang abadi
dan tidak pernah pudar, bahkan dalam situasi tergelap sekalipun. Terang Tuhan
memberi pembaruan jiwa, harapan hidup, dan kehidupan baru bagi setiap orang
yang bersedia menerima-Nya (Yoh. 1:5; 2Kor. 5:17).
3. Terang Allah tidak untuk dinikmati sendiri. Ketika
terang-Nya mengisi hati kita, kita dipanggil untuk membagikannya melalui
tindakan kasih, kebaikan, dan hidup dalam kebenaran (Gal. 5:22-23). Seperti
pelita yang menerangi ruang gelap, hidup kita harus mencerminkan kasih Kristus
yang mengusir kegelapan dari dunia.
B.
Respons
Bangsa-bangsa (ay. 3-4)
1. Cahaya Allah yang Menyinari Bangsa-bangsa
Ketika
cahaya Allah menerangi dunia, dampaknya tidak terbatas pada kehidupan pribadi,
melainkan menjangkau seluruh bangsa dan raja. Dalam terang ini, kita
menyaksikan fenomena yang luar biasa: bangsa-bangsa dari berbagai latar
belakang dan budaya berbondong-bondong mendekati cahaya Allah. Terang Allah ini
melampaui batas geografis maupun sosial. Dalam kehadiran-Nya, bahkan para raja
yang berkuasa merendahkan diri, sementara setiap orang—baik laki-laki maupun
perempuan—dipanggil untuk ambil bagian dalam rencana keselamatan-Nya. Hal ini
menegaskan bahwa kasih Allah tidak mengenal batas: semua orang dipanggil untuk
mendekati terang-Nya.
2. Panggilan untuk Membagikan Terang Kristus
Terang
yang kita terima dari Tuhan bukan hanya untuk diri kita sendiri, melainkan
sebuah panggilan untuk dibagikan kepada dunia. Seperti cahaya lilin yang
menerangi ruangan gelap, terang Kristus yang bekerja dalam hidup kita harus
memancar kepada orang-orang di sekitar kita. Ketika kita hidup dalam
terang-Nya, kasih, kebenaran, dan keadilan yang tercermin dalam tindakan kita
akan menarik perhatian banyak orang.
Hidup
yang penuh perbuatan baik menjadi kesaksian nyata dan undangan bagi orang lain
untuk mendekat kepada Sang Sumber Terang. Tuhan Yesus sendiri mengingatkan
kita, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang…” (Mat. 5:16).
Ayat ini adalah panggilan bagi semua orang percaya: biarkan hidup kita
mencerminkan terang ilahi, sehingga orang lain melihat perbuatan baik kita dan
memuliakan Bapa di surga.
3. Menjadi Gambaran Keselamatan yang Universal
Ketika
bangsa-bangsa melihat terang Kristus, mereka tidak hanya menyaksikan perubahan
dalam diri individu, tetapi juga gambaran keselamatan yang bersifat
universal—bahwa setiap orang diundang untuk datang kepada Tuhan. Melalui
tindakan yang penuh kasih dan kebenaran, kita dapat menarik orang lain kepada
Kristus. Dengan hidup dalam kasih, keadilan, dan kebenaran, kita menjadi saksi
hidup dari karya Allah dalam diri kita.
C. Berkat dan Kemuliaan (ay. 5-7)
1. Ketika kita merenungkan janji Tuhan yang disampaikan
melalui nabi Yesaya tentang berkat dan kemuliaan yang akan datang, kita
memahami bahwa keadaan di mana umat Tuhan “heran melihat dan berseri-seri”
bukanlah hasil dari harta benda, tetapi dari kemuliaan Tuhan yang memancar
melalui kehidupan mereka. Terang Tuhan yang bersinar dari umat-Nya akan
mengundang kekaguman seluruh ciptaan. Kekaguman ini bukanlah untuk manusia,
melainkan untuk Tuhan yang berkarya melalui mereka. Selain itu, “kelimpahan
dari seberang laut” dan persembahan dari bangsa-bangsa yang jauh melambangkan
pengakuan seluruh dunia terhadap kebesaran Tuhan. Simbol ini menggambarkan
bahwa segala sesuatu di dunia—bangsa-bangsa, kekayaan mereka, dan sebagainya—akan
tunduk pada kemuliaan Tuhan dan dipersembahkan kepada-Nya. Unta-unta yang
membawa emas dan kemenyan mengingatkan kita pada kisah orang Majus yang datang
menyembah bayi Yesus. Persembahan mereka bukan untuk memperkaya-Nya, melainkan
untuk menghormati-Nya sebagai Raja dan Juru Selamat (Mat. 2:11).
2. Emas dan kemenyan melambangkan persembahan rohani
kita kepada Tuhan—penyerahan sepenuhnya atas segala yang kita miliki, bukan
demi keuntungan pribadi, tetapi untuk memuliakan Tuhan. Ketika bangsa-bangsa
membawa persembahan, hal ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang bernilai di
dunia ini pada akhirnya harus diarahkan kepada Tuhan sebagai bentuk penyembahan
sejati. Persembahan ini, baik dalam bentuk kekayaan materi maupun rohani,
menjadi bagian dari kemuliaan Tuhan yang dinyatakan melalui gereja-Nya (Rm.
12:1).
3. Yesaya mengingatkan kita bahwa seluruh ciptaan dan
kekayaan dunia hanyalah sarana untuk memuliakan Tuhan. Segala sesuatu yang kita
miliki—harta, bakat, waktu, dan tenaga—adalah persembahan yang seharusnya kita
bawa ke hadapan Tuhan, bukan untuk kemuliaan diri sendiri, tetapi untuk
memperindah rumah-Nya, yaitu gereja dan dunia yang telah ditebus oleh darah
Kristus (1Ptr. 1:18-19). Mari kita hidup dengan kesadaran bahwa setiap berkat
yang kita terima adalah kesempatan untuk memuliakan Tuhan dan membagikan
kasih-Nya kepada dunia di sekitar kita.
Aplikasi
1. Hidup sebagai Terang Dunia
Kita
dipanggil untuk meninggalkan kegelapan dan hidup dalam terang Tuhan yang
mencerminkan kasih, kebenaran, dan keadilan. Tindakan sehari-hari, seperti
menunjukkan kasih kepada sesama dan berbuat baik, menjadi cara nyata untuk
memancarkan terang Tuhan dan membawa pengaruh positif di sekitar kita (Mat.
5:14-16).
2. Membagikan Terang kepada Orang Lain
Terang
Tuhan yang kita terima bukan hanya untuk dinikmati sendiri, tetapi untuk
dibagikan kepada dunia. Hidup dalam terang-Nya berarti menjalani hidup yang
menarik orang lain kepada Kristus melalui perbuatan baik dan kesaksian hidup
yang nyata (Yoh. 1:5, Gal. 5:22-23).
3. Menggunakan Berkat untuk Memuliakan Tuhan
Semua yang kita miliki—waktu, bakat, dan harta—adalah persembahan untuk Tuhan. Kita diajak untuk mengarahkan segala sesuatu yang bernilai kepada kemuliaan Tuhan, baik dalam kehidupan pribadi maupun melalui pelayanan, sehingga hidup kita menjadi alat penyembahan dan kesaksian tentang kasih Allah (Rm. 12:1, 1Ptr. 1:18-19).

Komentar