Hidup Dalam Kedamaian dan Ketulusan (Filipi 4:5-6)
Filipi 4:5-6
Oleh: Pdt. Refamati Gulo, M.Th.
Pendahuluan
Hidup adalah makna dan
tujuan tentang keberadaan manusia (seseorang) di dalam dunia. Artinya bahwa setiap
manusia mencari pemahaman tentang mengapa mereka ada dan apa yang harus mereka
lakukan dalam hidup. Setiap individu memiliki makna dan pemahaman yang berbeda
tentang arti hidup, tergantung pada nilai, keyakinan, dan pengalaman
pribadinya. Banyak orang mencari kebahagiaan, kedamaian, dan pencapaian dalam
hidup sebagai bagian dari makna hidup mereka.
Secara teologis, arti hidup
berpusat pada hubungan manusia dengan Tuhan. Artinya bahwa tujuan dan makna
hidup seseorang didasarkan pada iman dan kedekatannya dengan Tuhan. Pertama, Tuhan sebagai pusat
kehidupan, artinya segala aspek kehidupan, seperti keputusan, tindakan, dan
nilai-nilai seseorang, diarahkan untuk mengikuti kehendak Tuhan. Kedua, menjalin hubungan
dengan Tuhan melalui doa, ibadah, membaca Firman-Nya, dan menjalani hidup
sesuai ajaran-Nya. Ketiga, menjalankan hidup yang
bermakna artinya dengan mengasihi Tuhan dan sesama (Matius 22:37-39), hidup
menjadi lebih bermakna dan penuh damai sejahtera. Hidup dipandang sebagai
sebuah perjalanan menuju kehidupan kekal bersama Tuhan.
Dari perspektif filsafat dan
ilmu pengetahuan, arti hidup sering dikaji berdasarkan teori-teori eksistensialisme (kebebasan, tanggung
jawab, dan pencarian makna hidup oleh individu), humanisme (nilai, martabat, dan
potensi manusia atau pengembangan diri, kebebasan berpikir, dan kemajuan sosial
tanpa bergantung pada dogma agama tertentu), dan psikologi (pikiran, perasaan,
dan perilaku manusia atau memahami bagaimana manusia berpikir, merasakan, dan
bertindak, serta bagaimana mereka menemukan makna hidup berdasarkan pengalaman
dan emosi mereka). Misalnya, Jean-Paul Sartre dan Viktor
Frankl
dalam logoterapinya menyatakan bahwa arti hidup ditemukan melalui pencarian
makna dalam penderitaan, cinta, dan tanggung jawab. Sementara itu, dalam
pandangan ilmiah, hidup bisa didefinisikan sebagai keberadaan biologis yang
berevolusi dan beradaptasi dengan lingkungan.
Arti hidup dalam kehidupan
sehari-hari adalah bagaimana seseorang menjalani, memahami, dan memberi makna
pada setiap aktivitas, hubungan, serta pengalaman yang dialaminya. Ini dapat
terlihat melalui: menjalani hari dengan tujuan, menjalin hubungan baik,
bersyukur dan menikmati proses hidup, mendekatkan diri kepada Tuhan.
Surat Filipi ditulis oleh
Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi sebagai bentuk dorongan dan penguatan iman
mereka di tengah berbagai tantangan. Dalam Filipi 4:5-6, Paulus memberikan
ajaran yang mendalam mengenai sikap hati yang seharusnya dimiliki oleh orang
percaya. Mengajarkan agar setiap orang percaya hidup dengan kelemahlembutan
yang nyata bagi semua orang, karena Tuhan dekat. Selain itu, memberikan nasehat
untuk tidak kuatir, melainkan membawa segala sesuatu dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur kepada Allah.
1.
Kelemahlembutan yang Diketahui Semua Orang
Ayat 5 berkata “hendaklah kebaikan hatimu
diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!”
Ada kualitas hidup yang harus diketahui semua orang dalam hidup dan pergaulan orang Kristen. Kata "kebaikan hati" berasal dari kata Yunani “epieikes”, yang bisa diartikan sebagai kelemahlembutan (contoh: mengendalikan emosi saat terjadi konflik, menerima orang lain tanpa menghakimi, menanggapi kritik dengan rendah hati, menolong tanpa pamrih), kemurahan hati (contoh: memaafkan kesalahan, menolong dengan sukarela, membantu rekan kerja yang kesulitan, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan), dan sikap tidak suka bertengkar. Paulus menasihati agar setiap orang percaya menunjukkan karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Artinya bahwa dengan menunjukkan karakter seperti Kristus dapat mencerminkan kasih yang bukan hanya bersifat pasif, tetapi aktif dalam menunjukkan kemurahan hati dan pengampunan.
Mengapa Paulus
memberikan nasehat yang mendesak ini, alasan utama adalah karena "Tuhan
sudah dekat". Ada dua kemungkinan makna dari pernyataan ini:
a.
Secara eskatologis bahwa kedatangan Yesus yang
sudah dekat, sehingga umat-Nya harus hidup dalam persiapan dan kesalehan.
b.
Secara imanen, berarti bahwa Tuhan selalu
hadir bersama umat-Nya, sehingga mereka tidak perlu cemas atau bertindak dengan
cara duniawi.
2.
Jangan Khawatir, tetapi Berdoalah
Ayat 6 melanjutkan “Jangan kuatir tentang apa pun
juga, tetapi nyatakan dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur”
Di tengah berbagai tantangan dan pergumulan hidup, kekhawatiran adalah respons manusiawi. Namun, Paulus menegaskan bahwa orang percaya dipanggil untuk menukar kekhawatiran mereka dengan doa. Kata "jangan kuatir" di sini tidak berarti mengabaikan tanggung jawab, tetapi menunjukkan bahwa iman harus lebih besar daripada ketakutan.
Kekhawatiran tidak memiliki tempat dalam kehidupan orang Kristen, karena dalam segala hal mereka dapat berdoa yaitu dengan berbagai bentuk permohonan, permintaan, dan di atas semuanya itu adalah ucapan syukur. Ini disebabkan pujian adalah hak Allah, dan iman dihidupkan ketika kita mengingat dengan rasa syukur segala sesuatu yang telah Allah lakukan bagi kita. Disini, ada suatu gema pengajaran Yesus (Matius 6:25-34; 7:7-11). 1 Petrus 5:7 juga mirip: “serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia memelihara kamu”, dan juga sebagaimana J.A. Bengel (New Testament World Studies, vol 2, Kregel Publications, 1978, 447 dengan tepat mengatakan bahwa “Kekhawatiran dan doa lebih besar pertentangannya satu sama lain dibandingkan dengan api dan air”.
Paulus menyebut tiga aspek penting dalam menghadapi
kekhawatiran:
a. Doa (proseuchē) artinya nafas hidup orang
percaya atau bentuk komunikasi dengan Allah yang menunjukkan ketergantungan
kepada-Nya.
b. Permohonan (deēsis) artinya sebuah
bentuk doa yang spesifik, memohon kebutuhan tertentu dengan kesungguhan hati.
c. Ucapan syukur (eucharistia) artinya
sikap hati yang mengakui kebaikan Tuhan, bahkan sebelum jawaban doa itu tiba.
Aplikasi
Pesan utama dari Filipi
4:5-6 adalah mengarahkan hati dan pikiran kepada Tuhan di dalam segala situasi.
Kekristenan bukan hanya tentang mengetahui kebenaran, tetapi juga menghidupinya
dengan sikap yang lemah lembut, bebas dari kecemasan, dan penuh dengan doa
serta ucapan syukur. Oleh sebab itu, orang percaya dipanggil untuk:
a.
Menjadi terang bagi dunia dengan kelemahlembutan dan
kemurahan hati
b. Tidak membiarkan kekhawatiran menguasai hidup,
tetapi menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan dalam doa
c. Memelihara sikap hati yang bersyukur, karena Tuhan
yang dekat selalu memelihara dan memenuhi kebutuhan umat-Nya
Conklusi
Hidup dalam kedamaian bukan berasal dari keadaan dunia, tetapi dari keyakinan yang mendalam bahwa Tuhan hadir dan berdaulat atas segala sesuatu.
TUHAN YESUS MEMBERKATI
Komentar